Budidaya
Rumput Laut dengan Metode Lepas Dasar Sebagai Pekerjaan Sambilan
Nelayan yang Menguntungkan (Jeneponto, Sulawesi Selatan)
Global Farming System
Coastal Artisanal Fishing:
The
crop component of the Coastal Artisanal Fishing Farming Systems is
important for household food security, but the principal livelihood is
inshore fishing, with a rapid growth in aquaculture in many parts of the
world. Because of infertile soils crop yields are often low. The few
areas with fertile soil often face serious risks of storms and floods -
as occurs around the Bay of Bengal. Many systems include some tree crop
production (e.g. coconut and cashew) and small livestock, especially
goats, and poultry.
Abstract
Dalam
upaya meningkatkan penghasilan keluarga, para nelayan di kabupaten
Jeneponto, Sulawesi Selatan selain mencari ikan ke laut sebagai
pekerjaan utama, juga membudidayakan rumput laut di pesisir pantai.
Budidaya rumput laut yang dilakukan adalah dengan metode Lepas Dasar,
karena lokasi yang digunakan adalah pada dasar perairan berpasir atau
berlumpur pasir, sehingga memudahkan menancapkan patok/tiang pancang.
Hasil dari rumput laut selain bisa diolah sebagai bahan industri makanan
seperti agar-agar, jelly food dan campuran makanan seperti burger dan
lainnya, juga sebagai bahan baku industri koemstika, farmasi, tekstil,
kertas, keramik, fotografi, pupuk dan insektisida.
Type of technology
Detail Description of technology
Para
nelayan di Indonesia yang tinggal di pesisir pantai umumnya selain
memiliki pekerjaan utama mencari ikan, juga mempunyai pekerjaan sambilan
yang sangat menguntungkan. Misalnya membudidayakan rumput laut seperti
yang dilakukan para nelayan di desa Empoang Selatan, Kecamatan Binamu,
Kabupaten Jepneponto, Sulawesi Selatan.
Setelah mengikuti Sekolah Lapangan yang diselenggarakan SPFS – FAO
ditambah pembinaan intensif, para nelayan yang tergabung dalam Kelompok
Nelayan Mawar Berkembang ini, tidak saja mampu menjalin kebersamaan di
dalam kelompok, juga dalam meningkatkan kegiatan usahanya.
“ Sejak kami dibina oleh DST, usaha kami baik menangkap ikan maupun
budidaya rumput laut terus berkembang,†kata Da’I, salah seorang
nelayan yang tergabung dalam Kelompok Nelayan Mawar Berkembang.
Perlu
diketahui bahwa, Kelompok Nelayan Mawar Berkembang ini dibentuk tahun
2002 dengan anggota 40 orang. Pada tahun 2004 mendapat bantuan Mesin
Tempel dari SPFS-FAO sebanyak 30 buah yang sangat membantu dalam
meningkatkan usaha penangkapan ikan
Melalui
pembinaan yang intensif, mesin tempel tersebut kini sudah berkembang
menjadi 38 buah, sehingga 80 persen anggota kelompok menggunakan perahu
mesin ketika akan melaut. (Baca : Skema Perguliran Bola Salju yang
diterapkan Terhadap Bantuan SPFS (Mesin Motor Tempel) di Kelompok Tani
Mawar Berkembang).
Pemilihan Lokasi
Pemilihan
lokasi budidaya rumput laut merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan. Pilihlah lokasi pesisir pantai yang tidak tercemar sampah
industri, limbah rumah tangga dan lainnya yang dapat meningkatkan
kekeruhan air, karena kondisi tersebut dikhawatirkan dapat menurunkan
kualitas air laut, yang pada akhirnya akan menurunkan daya dukung
lingkungan terhadap perkembangan rumput laut yang dikembangkan.
Selain
itu, lokasi harus terhindar dari angin kencang dan gelombang besar,
karena dapat merusak rumput laut yang dibudidayakan. Mengingat makanan
rumput laut berasal dari aliran air yang melewati, gerakan air yang
cukup harus diperhatikan, karena selain dapat membawa nutrisi, juga
dapat mencuci kotoran yang menempel, membantu pengudaraan, dan mencegah
fluktuasi suhu air yang besar, Suhu
yang baik sekitar 20 – 28 oC, besarnya kecepatan arus antara 20 –
40 cm/detik dan kecerahan perairan lebih dari 1 meter di atas permukaan
air. Persyaratan tersebut sangat penting diperhatikan, agar rumput laut
masih mendapat panetrasi sinar matahari yang sangat berguna untuk sumber
energi dalam proses fotosintesis.
Faktor
lain yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi adalah, sebaiknya
tidak terlalu jauh dari tempat tinggal, supaya mudah melakukan
pengawasan. Lokasi juga harus ada sarana jalan untuk pengangkutan
bahan, sarana budidaya bibit, tempat penjemuran dan mudah dalam
pemasaran hasil.
Metode Budidaya
Dalam budidayakan rumput laut setidaknya ada tiga metode yang digunakan.
Pertama,
Metode Lepas Dasar. Metode ini digunakan pada dasar perairan berpasir
atau berlumpur pasir, sehingga memudahkan menancapkan patok/tiang
pancang
Kedua,
Metode Rakit Apung. Metode ini cocok dilakukan pada perairan berkarang,
karena pergerakan air didominasi ombak, sehingga penanamannya dengan
menggunakan rakit bambu/kayu
Ketiga,
Metode Long Line. Metode ini menggunakan tali panjang 50 – 100 meter
yang dibentangkan, dan pada kedua ujungnya diberi jangkar serta
pelampung besar. Setiap 25 meter diberi pelampung utama terbuat dari
drum plastic
Karena
dasar perairan yang terdapat di desa Empowang Selatan (Jeneponto)
berpasir, maka metode Lepas Dasar adalah metode budidaya rumput laut
yang dikembangkan Kelompok Nelayan Mawar Berkembang. Adapun rumput laut
yang dibudidayakan adalah jenis Eucheuma cottonii.
Budidaya Rumput Laut di Kelompok Tani Mawar Berkembang
Bahan yang diperlukan
Untuk lokasi pertanaman dengan ukuran (50 x 10) m2, adalah :
Bibit 50-100 gr per ikat = 500 - 1.000 kg.
Patok kayu : panjang 1 m diameter 5 cm = 275 buah
Tali rentang berdiameter 4 mm = 870 m
Tali Ris berdiameter 6 mm = 630 m
Tali rafia = 20 gulung besar
Setelah bahan terkumpul, lakukan penanaman mengikuti proses berikut ini.
Saat
mengangkut bibit dari pantai ke lokasi pengolahan, bibit tetap terendam
di dalam air laut atau dimasukkan ke dalam kotak karton berlapis
plastik.
Bibit
disusun berlapis dan berselang seling yang dibatasi dengan lapisan
kapas atau kain yang sudah dibasahi air laut. Agar bibit tetap baik,
simpan di dalam keranjang atau jaring dengan ukuran mata jaring kecil
dan harus dijaga agar tidak terkena minyak, kehujanan maupun kekeringan.
Sebelum dilakukan penanaman, lakukan pengikatan bibit pada tali Ris Penanaman
bisa langsung dikerjakan dengan cara merentangkan tali Ris yang telah
berisi ikatan tanaman. Pada tali Ris utama, posisi tanaman sekitar 30 cm
di atas dasar perairan (perkirakan pada saat surut terendah masih tetap
terendam air). Patok dari kayu berdiameter sekitar 5 cm panjang 1 m dan
runcing pada ujung bawahnya.
Jarak
antara patok untuk merentangkan tali Ris sekitar 2,5 m. Setiap patok
yang berjajar dihubungkan dengan tali Ris polyethylen (PE) berdiameter 8
mm. Adapun jarak ideal antara tali rentang sekitar 20-25 cm
Hal-hal yang harus dilakukan dalam perawatan adalah :
Bersihkan
tanaman dari tumbuhan dan lumpur yang mengganggu, sehingga tidak
menghalangi tanaman dari sinar matahari dan mendapatkan makanan.
Jika ada sampah yang menempel, angkat tali perlahan, agar sampah-sampah yang menyangkut bisa larut kembali.
Jika
ada tali bentangan yang lepas ikatannya, sudah lapuk atau putus,
segera diperbaiki dengan cara megencangkan ikatan atau mengganti dengan
tali baru.
Waspadai
penyakit ice-ice, yaitu adanya tanda bercak-bercak putih pada rumput
laut. Jika ada tanda tersebut, tanaman harus dibuang, karena dapat
menularkan penyakit pada tanaman lainnya. Kalau dibiarkan, tanaman akan
kehilangan warna sampai menjadi putih dan akhirnya mudah putus.
Untuk
menghindari penyakit ice-ice, lakukan monitoring terhadap setiap
tanaman, sehingga jika ada tanaman memutih bisa dilakukan pemotongan.
Cara lain menghindari penyakit ice-ice adalah dengan menurunkan posisi
tanaman lebih dalam untuk mengurangi panetrasi banyaknya sinar matahari,
karena penyakit ini biasanya terjadi pada daerah pertanaman yang
terlalu tinggi dengan permukaan air. Karena itu disarankan agar tanaman
berada 1 meter dibawah permukaan air.
Hama
rumput laut yang harus diwaspadai antara lain adalah : (a). Larva bulu
babi (Tripneustes sp) bersifat planktonik yang melayang-layang di dalam
air, lalu menempel pada tanaman. (b). Teripang (Holothuria sp)
mula-mula menempel dan menetap pada rumput laut, lalu membesar dan dapat
memakan rumput laut dengan menyisipkan ujung cabang rumput laut ke
dalam mulut.
Walaupun
hama tersebut pengaruhnya kecil menyerang pada areal budidaya yang
cukup luas, namun tetap perlu diwaspadai. Untuk menghindarinya, bisa
dilakukan pemasangan jaring pada keliling areal tanaman.
Pemanenan
Pemanenan
rumput laut sangat tergantung dari tujuannya. Jika tujuan memanen untuk
mendapatkan bibit, pemanenan dilakukan pada umur 25 – 35 hari. Kalau
ingin mendapatkan kualitas tinggi dengan kandungan Karaginan banyak,
panen dilakukan pada umur 45 hari (umur ideal).
Pemanenan rumput laut dapat dilakukan dengan dua cara :
Petama
memotong sebagian tanaman. Cara ini bisa menghemat tali pengikat bibit,
namun perlu waktu lama. Disisi lain, sisa-sisa tanaman rumput laut yang
tidak ikut dipanen pertumbuhannya lambat, sehingga kualitasnya rendah.
Kedua,
mengangkat seluruh tanaman. Cara ini memerlukan waktu kerja yang
singkat. Pelepasan tanaman dari tali dilakukan di darat dengan cara
memotong tali. Kelebihan cara ini adalah, dapat melakukan penanaman
kembali dari bibit-bibit rumput laut yang masih muda dengan laju
pertumbuhan tinggi.
Pasca Panen
Mengingat mutu rumput laut kering bernilai lebih tinggi dibanding yang basah, perlakuan pasca panen sangat menentukan harga rumput laut.
Untuk
itu, setelah panen dilakukan, segera dikeringkan langsung dibawah terik
sinar matahari dengan meletakkan rumput laut pada para-para atau
dialas, sehingga tidak tercampur pasir, tanah dan benda lainnya Sambil
dilakukan penjemuran, lakukan sortasi dengan cara mengambil benda-benda
asing seperti batu, sampah dan lainnya. Jika cuaca baik, dalam waktu
3-4 hari rumput laut sudah kering yang ditandai dengan warna ungu
keputihan dilapisi kristal garam dan a lot untuk dipatah.
Untuk
mendapatkan rumput laut berkualitas dan dihargai tinggi, lakukan
pengayakan untuk memisahkan pasir dan garam yang terdapat pada rumput
laut.