This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 30 Januari 2013

Budidaya rumput laut




Budidaya Rumput Laut dengan Metode Lepas Dasar Sebagai Pekerjaan Sambilan Nelayan yang Menguntungkan (Jeneponto, Sulawesi Selatan)
Global Farming System
Coastal Artisanal Fishing:
The crop component of the Coastal Artisanal Fishing Farming Systems is important for household food security, but the principal livelihood is inshore fishing, with a rapid growth in aquaculture in many parts of the world. Because of infertile soils crop yields are often low. The few areas with fertile soil often face serious risks of storms and floods - as occurs around the Bay of Bengal. Many systems include some tree crop production (e.g. coconut and cashew) and small livestock, especially goats, and poultry.
Abstract
Dalam upaya meningkatkan penghasilan keluarga, para nelayan di kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan selain mencari ikan ke laut sebagai pekerjaan utama, juga membudidayakan rumput laut di pesisir pantai. Budidaya rumput laut yang dilakukan adalah dengan metode Lepas Dasar, karena lokasi yang digunakan adalah pada dasar perairan berpasir atau berlumpur pasir, sehingga memudahkan menancapkan patok/tiang pancang. Hasil dari rumput laut selain bisa diolah sebagai bahan industri makanan seperti agar-agar, jelly food dan campuran makanan seperti burger dan lainnya, juga sebagai bahan baku industri koemstika, farmasi, tekstil, kertas, keramik, fotografi, pupuk dan insektisida.
Type of technology
Detail Description of technology
Para nelayan di Indonesia yang tinggal di pesisir pantai umumnya selain memiliki pekerjaan utama mencari ikan, juga mempunyai pekerjaan sambilan yang sangat menguntungkan. Misalnya membudidayakan rumput laut seperti yang dilakukan para nelayan di desa Empoang Selatan, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jepneponto, Sulawesi Selatan.
Setelah mengikuti Sekolah Lapangan yang diselenggarakan SPFS – FAO ditambah pembinaan intensif, para nelayan yang tergabung dalam Kelompok Nelayan Mawar Berkembang ini, tidak saja mampu menjalin kebersamaan di dalam kelompok, juga dalam meningkatkan kegiatan usahanya.
“ Sejak kami dibina oleh DST, usaha kami baik menangkap ikan maupun budidaya rumput laut terus berkembang,” kata Da’I, salah seorang nelayan yang tergabung dalam Kelompok Nelayan Mawar Berkembang.
Budidaya rumput laut yang dilakukan selain dikerjakan para nelayan setelah pulang dari mencari ikan, juga dikerjakan oleh istri para nelayan dengan upah Rp.1.000,- setiap satu ikatan bibit rumput laut yang dibuatnya. Rata-rata mereka dapat mengerjakan 10 ikatan setiap harinya, sehingga diperoleh penghasilan tambahan Rp.10.000,- per orang
Perlu diketahui bahwa, Kelompok Nelayan Mawar Berkembang ini dibentuk tahun 2002 dengan anggota 40 orang. Pada tahun 2004 mendapat bantuan Mesin Tempel dari SPFS-FAO sebanyak 30 buah yang sangat membantu dalam meningkatkan usaha penangkapan ikan
Melalui pembinaan yang intensif, mesin tempel tersebut kini sudah berkembang menjadi 38 buah, sehingga 80 persen anggota kelompok menggunakan perahu mesin ketika akan melaut. (Baca : Skema Perguliran Bola Salju yang diterapkan Terhadap Bantuan SPFS (Mesin Motor Tempel) di Kelompok Tani Mawar Berkembang).
Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi budidaya rumput laut merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Pilihlah lokasi pesisir pantai yang tidak tercemar sampah industri, limbah rumah tangga dan lainnya yang dapat meningkatkan kekeruhan air, karena kondisi tersebut dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas air laut, yang pada akhirnya akan menurunkan daya dukung lingkungan terhadap perkembangan rumput laut yang dikembangkan.
Selain itu, lokasi harus terhindar dari angin kencang dan gelombang besar, karena dapat merusak rumput laut yang dibudidayakan. Mengingat makanan rumput laut berasal dari aliran air yang melewati, gerakan air yang cukup harus diperhatikan, karena selain dapat membawa nutrisi, juga dapat mencuci kotoran yang menempel, membantu pengudaraan, dan mencegah fluktuasi suhu air yang besar, Suhu yang baik sekitar 20 – 28 oC, besarnya kecepatan arus antara 20 – 40 cm/detik dan kecerahan perairan lebih dari 1 meter di atas permukaan air. Persyaratan tersebut sangat penting diperhatikan, agar rumput laut masih mendapat panetrasi sinar matahari yang sangat berguna untuk sumber energi dalam proses fotosintesis.
Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi adalah, sebaiknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal, supaya mudah melakukan pengawasan. Lokasi juga harus ada sarana jalan untuk pengangkutan bahan, sarana budidaya bibit, tempat penjemuran dan mudah dalam pemasaran hasil.
Metode Budidaya
Dalam budidayakan rumput laut setidaknya ada tiga metode yang digunakan.
Pertama, Metode Lepas Dasar. Metode ini digunakan pada dasar perairan berpasir atau berlumpur pasir, sehingga memudahkan menancapkan patok/tiang pancang

Kedua, Metode Rakit Apung. Metode ini cocok dilakukan pada perairan berkarang, karena pergerakan air didominasi ombak, sehingga penanamannya dengan menggunakan rakit bambu/kayu
Ketiga, Metode Long Line. Metode ini menggunakan tali panjang 50 – 100 meter yang dibentangkan, dan pada kedua ujungnya diberi jangkar serta pelampung besar. Setiap 25 meter diberi pelampung utama terbuat dari drum plastic
Karena dasar perairan yang terdapat di desa Empowang Selatan (Jeneponto) berpasir, maka metode Lepas Dasar adalah metode budidaya rumput laut yang dikembangkan Kelompok Nelayan Mawar Berkembang. Adapun rumput laut yang dibudidayakan adalah jenis Eucheuma cottonii.
Budidaya Rumput Laut di Kelompok Tani Mawar Berkembang
Bahan yang diperlukan
Untuk lokasi pertanaman dengan ukuran (50 x 10) m2, adalah :
Bibit 50-100 gr per ikat = 500 - 1.000 kg.
Patok kayu : panjang 1 m diameter 5 cm = 275 buah
Tali rentang berdiameter 4 mm = 870 m
Tali Ris berdiameter 6 mm = 630 m
Tali rafia = 20 gulung besar
Setelah bahan terkumpul, lakukan penanaman mengikuti proses berikut ini.
Pilih bibit rumput laut yang baik dengan ciri-ciri : bercabang banyak dan rimbun, tidak terdapat bercak, tidak terkelupas, warna spesific cerah, umur 25 – 35 hari, berat bibit 50 – 100 gram per rumpun. Bibit sebaiknya dikumpulkan dari perairan pantai sekitar lokasi dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan.
Saat mengangkut bibit dari pantai ke lokasi pengolahan, bibit tetap terendam di dalam air laut atau dimasukkan ke dalam kotak karton berlapis plastik.
Bibit disusun berlapis dan berselang seling yang dibatasi dengan lapisan kapas atau kain yang sudah dibasahi air laut. Agar bibit tetap baik, simpan di dalam keranjang atau jaring dengan ukuran mata jaring kecil dan harus dijaga agar tidak terkena minyak, kehujanan maupun kekeringan.
Sebelum dilakukan penanaman, lakukan pengikatan bibit pada tali Ris Penanaman bisa langsung dikerjakan dengan cara merentangkan tali Ris yang telah berisi ikatan tanaman. Pada tali Ris utama, posisi tanaman sekitar 30 cm di atas dasar perairan (perkirakan pada saat surut terendah masih tetap terendam air). Patok dari kayu berdiameter sekitar 5 cm panjang 1 m dan runcing pada ujung bawahnya.
Jarak antara patok untuk merentangkan tali Ris sekitar 2,5 m. Setiap patok yang berjajar dihubungkan dengan tali Ris polyethylen (PE) berdiameter 8 mm. Adapun jarak ideal antara tali rentang sekitar 20-25 cm
Hal-hal yang harus dilakukan dalam perawatan adalah :
Bersihkan tanaman dari tumbuhan dan lumpur yang mengganggu, sehingga tidak menghalangi tanaman dari sinar matahari dan mendapatkan makanan.
Jika ada sampah yang menempel, angkat tali perlahan, agar sampah-sampah yang menyangkut bisa larut kembali.
Jika ada tali bentangan yang lepas ikatannya, sudah lapuk atau putus, segera diperbaiki dengan cara megencangkan ikatan atau mengganti dengan tali baru.
Waspadai penyakit ice-ice, yaitu adanya tanda bercak-bercak putih pada rumput laut. Jika ada tanda tersebut, tanaman harus dibuang, karena dapat menularkan penyakit pada tanaman lainnya. Kalau dibiarkan, tanaman akan kehilangan warna sampai menjadi putih dan akhirnya mudah putus.
Untuk menghindari penyakit ice-ice, lakukan monitoring terhadap setiap tanaman, sehingga jika ada tanaman memutih bisa dilakukan pemotongan. Cara lain menghindari penyakit ice-ice adalah dengan menurunkan posisi tanaman lebih dalam untuk mengurangi panetrasi banyaknya sinar matahari, karena penyakit ini biasanya terjadi pada daerah pertanaman yang terlalu tinggi dengan permukaan air. Karena itu disarankan agar tanaman berada 1 meter dibawah permukaan air.
Hama rumput laut yang harus diwaspadai antara lain adalah : (a). Larva bulu babi (Tripneustes sp) bersifat planktonik yang melayang-layang di dalam air, lalu menempel pada tanaman. (b). Teripang (Holothuria sp) mula-mula menempel dan menetap pada rumput laut, lalu membesar dan dapat memakan rumput laut dengan menyisipkan ujung cabang rumput laut ke dalam mulut.
Walaupun hama tersebut pengaruhnya kecil menyerang pada areal budidaya yang cukup luas, namun tetap perlu diwaspadai. Untuk menghindarinya, bisa dilakukan pemasangan jaring pada keliling areal tanaman.
Pemanenan
Pemanenan rumput laut sangat tergantung dari tujuannya. Jika tujuan memanen untuk mendapatkan bibit, pemanenan dilakukan pada umur 25 – 35 hari. Kalau ingin mendapatkan kualitas tinggi dengan kandungan Karaginan banyak, panen dilakukan pada umur 45 hari (umur ideal).
Pemanenan rumput laut dapat dilakukan dengan dua cara :
Petama memotong sebagian tanaman. Cara ini bisa menghemat tali pengikat bibit, namun perlu waktu lama. Disisi lain, sisa-sisa tanaman rumput laut yang tidak ikut dipanen pertumbuhannya lambat, sehingga kualitasnya rendah.
Kedua, mengangkat seluruh tanaman. Cara ini memerlukan waktu kerja yang singkat. Pelepasan tanaman dari tali dilakukan di darat dengan cara memotong tali. Kelebihan cara ini adalah, dapat melakukan penanaman kembali dari bibit-bibit rumput laut yang masih muda dengan laju pertumbuhan tinggi.
Pasca Panen
Mengingat mutu rumput laut kering bernilai lebih tinggi dibanding yang basah, perlakuan pasca panen sangat menentukan harga rumput laut.
Untuk itu, setelah panen dilakukan, segera dikeringkan langsung dibawah terik sinar matahari dengan meletakkan rumput laut pada para-para atau dialas, sehingga tidak tercampur pasir, tanah dan benda lainnya Sambil dilakukan penjemuran, lakukan sortasi dengan cara mengambil benda-benda asing seperti batu, sampah dan lainnya. Jika cuaca baik, dalam waktu 3-4 hari rumput laut sudah kering yang ditandai dengan warna ungu keputihan dilapisi kristal garam dan a lot untuk dipatah.
Untuk mendapatkan rumput laut berkualitas dan dihargai tinggi, lakukan pengayakan untuk memisahkan pasir dan garam yang terdapat pada rumput laut.

KHASIAT 40 TANAMAN HERBAL



Khasiat 40 Tanaman Herbal sebagai Obat Jantung, Batuk, Tumor, Usus Buntu, Peluruh Haid, Asam Urat, Kencing Manis
DAUN DEWA
Khasiat: Menurunkan Kadar Gula Darah Terlambat Haid Penurun Panas Tumor Batuk dan Muntah Darah Pembengkakan Payudara Kejang pada Anak Pendarahan Pada Wanita Masuk Angin Menghilangkan Bekuan Darah di Pembuluh Darah Mencegah Stroke Dan Serangan Jantung Pencegahan Liver Dan Liver Ringan Kanker Rheumatik Ginjal
KUNYIT
Khasiat: Demam Diare Dispepsia Keputihan Radang Amandel Radang Usus Buntu Tekanan Darah Tinggi Terlambat Haid Hepatitis Sakit Kuning Radang Gusi
BATRAWALI
Khasiat: Membersihkan Dan Menguatkan Darah Anti Malaria Anti Radang Menyembuhan Luka Dan Penyakit Kulit Menurunkan Gula Darah Menurunkan Panas Mengatasi Alergi Gatal-Gatal Jerawat Dan Menghaluskan Kulit
DAUN SENDOK
Khasiat: Mematikan Kuman Peluruh Kencing Wasir Keputihan Gula Kencing Batu Sakit Kuning Disentri Batu Empedu Radang Saluran Nafas Gangguan Saluran Air Kemih Batuk Sesak Batuk Darah Batuk Kering Nyeri Otot Obat Kuat

Selasa, 29 Januari 2013

pengaruh suhu dan salinitas terhadap organisme akuatik


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang
Air merupakan media bagi usaha budidaya ikan, maka pengelolaan air yang baik merupakan langkah awal dalam pencapaian keberhasilan budidaya ikan. Secara umum pengelolaan kualitas air dibagi kedalam tiga bagian, yaitu secara biologi, kimia dan fisika. Dalam hal ini akan dibahas mengenai pengelolaan air secara kimia, khususnya suhu dan salinitas (kandungan garam) suatu perairan.
Salah satu parameter kimia lainnya ialah salinitas. Dalam Oceanografi salinitas diartikan sebagai ukuran yang menggambarkan tingkat keasinan (kandungan Na Cl ) dari suatu perairan . Satuan salinitas umumnya dalam bentuk promil (0/00) atau satu bagian perseribu bagian, misalnya 35 gram dalam 1 liter air (1000 ml) maka kandungan salinitasnya 35‰ atau dalam istilah lainnya disebut psu (practical salinity unit). Air tawar memiliki salinitas 0 ‰, sedangkan air payau memiliki salinitas antara 1‰ - 30‰, sedangkan air laut/asin memiliki salinitas diatas 30‰. (Surat Faathir ayat 12)
Dengan dasar pengetahuan di atas maka dalam usaha budidaya ikan, salinitas air yang digunakan dalam budidaya ikan harus disesuaikan dengan kisaran salinitas yang dapat ditoleransi oleh ikan. Dalam laporan kali ini ikan yang digunakan dalam praktikum adalah ikan air tawar yaitu ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan lele (Clarias sp) . Dengan melakukan praktikum ini dapat diketahui kisaran salinitasdan suhu  yang dapat ditoleransi oleh ikan nila dan ikan lele .

1.2. Tujuan
·         Mahasiswa dapat mengetahui kisaran salinitas dan suhu yang optimum bagi kehidupan ikan.
·         Mahasiswa dapat mengetahui kebutuhan kapur untuk menetralkan salinitas dan suhu perairan.
·         Mahasiswa dapat mengetahui kisaran salinitas dan suhu yang dapat ditoleransi oleh ikan   ikan nila dan ikan lele.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan nila dan ikan lele
Ikan nila Merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklimtropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti dagingikan kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia.  Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan.
Sedangkan  ikan lele termasuk dalam jenis ikan air tawar dengan ciri – ciri tubuh yang memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak memiliki sisik, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Kulit lele berlendir tidak bersisik, berwarna hitam, pada bagian punggung (dorsal) dan bagian samping (lateral ), sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur merupakan sirip tunggal sedangkan sirip perut dan sirip dada merupakan sirip dada. Pada sirip dada terdapat duri yang keras dan runcing yang disebut patil.
2.2  Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut :    
Kelas                  :
Osteichthyes
Sub-kelas           :
Acanthoptherigii
Crdo                  :
  Percomorphi
Sub-ordo            :
  Percoidea
Famili                 :
  Cichlidae
Genus               
 :  Oreochromis
Spesies              
 : Oreochromis niloticus.